Semenjak memiliki lebih banyak waktu di rumah, saya jadi lebih sering mendengar siaran berita di televisi. Entah kenapa sering sekali saya mendengar tema tema mengenai penggunaan THR, maklum, bulan Ramadhan selain identik dengan segala sesuatu yang bernuansa religi juga diidentikkan dengan adanya THR, tunjangan hari raya. Saya sempat bertanya, darimana ya cikal bakal THR ini? mungkin karena adanya momen mudik lebaran sehingga perusahaan mengakomodir karyawannya dengan pemberian THR ini. Kabarnya, PNS pada waktu silam tidak memasukkan THR dalam anggaran remunerasi pegawainya, jadi dana diambil dari anggaran pribadi masing-masing institusi, mungkin masih sampai sekarang(?).
Jadi, ada apa dengan THR? terpicu oleh obrolan dengan salah satu teman mengenai manajemen keuangan dalam rumah tangga, momen THR ini saya rasa menjadi salah satu kesempatan untuk memenuhi amplop-amplop keuangan RT alias Rumah Tangga.
Sikap konsumtif mewabah di Indonesia ketika Ramadhan datang. Benarkah??
Yaaa, kalau dilihat dari liputan-liputan di televisi, omset penjualan yang naik, ramainya penjual makanan dan pakaian, saya rasa memang demikian adanya. Ada yang berdalih, "toh setahun sekali". Well, kalau masih bisa dimanfaatkan untuk pundi pundi lain selain belanja pribadi, mengapa tidak? setahun sekali juga bukan kita mendapat tambahan berupa THR ini? :)
Menurut saya, penggunaan THR dalam suatu keluarga sangat bergantung dari visi misi keluarga tersebut. Mungkin bukan visi misi yang sering kita lihat dalam organisasi, tapi lebih kepada perencanaan mau dibawa kemanakah keluarga kita dalam (setidaknya, dan bukan bermaksud meniru repelita :D ) lima tahun kedepan. Ah, tapi saya bukan ahli keuangan, jadi tidak bisa mematok nilai prosentasi dalam tiap amplopnya.
Hutang (baik itu hutang kepada orang atau hutang cicilan) adalah satu yang utama untuk dilunasi. Kenapa? karena ketika hutang menipis, dana bisa dimaksimalkan untuk investasi atau menambah hutang yang lain :) (hutang cicilan untuk investasi maksudnya). Juga mengingat salah satu prinsip dalam islam juga yang menyebutkan bahwa tidak bisa kita makan enak sementara masih ada hutang yang belum terbayar. Merasa tersindir? semua orang rasanya akan merasa tersindir :D. Tapi, ada juga yang berpendapat bahwa tidak apa-apa hutang dibiarkan lama, sementara dananya bisa untuk diputar ke tempat yang lain yang menghasilkan dana tambahan, hmmm.. Sekali lagi saya belum menggali lebih lanjut antara hubungan prinsip islam mengenai hutang dan pemanfaatan hutang, mungkin ada tafsir yang lebih dari sekedar kalimat harfiahnya.
Oke, pertama hutang, kedua adalah investasi dalam bentuk apapun yang disukai, walaupun mungkin baru bisa berupa tabungan. Lebih besar nilai return investasinya, lebih besar pula resikonya. Kalau mau mencari investasi yang aman dan returnnya besar, biasanya butuh waktu lama. Jadi, disesuaikan dengan rencana RT kita tentunya. Mengenai jenis-jenis investasi, rasanya sudah banyak yang membahas, tinggal dipilih dipilih :). Baru terfikir oleh saya dua amplop yang dapat diisi ketika kita (mumpung) mendapat THR. Dua amplop tersebut tentunya setelah dikurangi amplop zakat dan sedekah demi bersih dan barokahnya harta kita.
Sekian uneg-uneg yang mau dikeluarkan, (mumpung) ga bisa tidur lagi setelah terbangun. Saatnya tidur lagi sebelum nanti bangun lagi menemani orang-orang makan sahur.