Thursday, February 10, 2011

Puas RUM... Puas Kasih ASI

...sedang asyik ngobrol tentang home treatment dengan seorang teman di lift.. jam pulang kantor...
"Eh, ada Mas xxx"
'Ini ibu - ibu mau pada pulang?'
"iya"
'semuanya?'
"iya"
"Apa kabar mas.. lama tidak berkoordinasi"
'Alhamdulillah sehat.. anak apa kabar ? sehat?'
"Alhamdulillah sehat, sempat kena flu, tapi sekarang sudah baikan"
'Kasih ASI, itu paling bagus'
"iya mas, Alhamdulillah masih full ASI"
...sampai di lantai dasar kemudian berpisah...

Alhamdulillah, walau si Bapak belum dikaruniai anak, dia sudah paham terlebih dahulu tentang urgensi pemberian ASI. Beda dengan saya yang baru ngeh pada masa-masa kehamilan saya.Alhamdulillah dikasih lingkungan yang pro ASI ditengah-tengah arus modernisasi kota Jakarta yang kalau gak kasih sufor bisa dibilang pelit karena si Ortu dua-duanya bekerja. It isn't all about money, right? but money does support a lot of things, hehe. Ditengah-tengah hebohnya penemuan dari grup penelitian di IPB tentang susu formula sampel tahun 2003 - 2006 yang terkontaminasi bakteri sakazaki , ASI terasa jadi barang yang mewah sekali. Puas rasanya masih bisa kasih ASI sampai sekarang, semoga bisa lanjut terus.

Lain cerita nih, cuaca di kota Jakarta sedang tidak ramah, penyakit kok rasanya gampang sekali hinggap ya. Parahnya lagi, kali ini menyerang saya PLUS anak saya. Cobaan untuk IRUM pertama kalinya, karena Athar biasanya sakit hanya karena KIPI imunisasi, kali ini terserang flu yang membuat suhu badannya lebih tinggi dari biasanya. Sebenarnya saya sendiri hampir terjerumus ke perbuatan IRUM terhadap diri saya sendiri kalau tidak diteriaki teman saya sendiri "Mba  ul.. kamu kok IRUM siiii???? Mba nope... Mba rine... Mba ulya niiiiiyyyy... " hahaha, lucu sekali teman saya itu.  Padahal saya sendiri sudah tahu, obatnya ya istirahat, makan dan minum yang banyak, trus jangan lupa pake masker biar virusnya gak pingpong ke Athar. Tapi yaa.. secara.. kerjaan tuh numpuk diawal bulan, mana bisaa istirahaat. Di rumah juga tentunya tidak bisa istirahat full, diinterupsi sedikit-sedikit waktu tidurnya buat si kecil Athar. 
Buat saya sudah jelas, makan minum yang banyak, istirahat pas weekend plus balsam dan tentunya massage untuk mengurangi gejala yang timbul sambil menunggu kekebalan naik dan melawan virus-virus flu. Sempat konsultasi dengan teman yg berprofesi dokter, 
"udah empat hari ya meler, bersin pusingya?.. saranku harus kasih antibiotik tuh"
(dalam hati , 'tidaaaaaakkk')  'kok antibiotik, kan ini virus bukan bakteri'
"abis dikasih vitamin juga gak sembuh2"
maaf ya Bu dokter, tapi saya anti AB kalau untuk flu aja. Wah, harus meracuni temanku itu dengan virus RUM nih.
Untuk Athar, perbanyak cairan, tempel terus asinya, rendam air hangat + minyak kayu putih, kasih transpulmin bb untuk mempernyaman tidurnya plus borehan bawang + minyak kayu putih dkk. Kalau untuk Athar lebih gak tega lagi kasih obat, masih kecil, efek samping jangka panjangnya yang dikhawatirkan, plus.. belum perlu ah.. 
Suami sempat ajak Athar ke dokter, wajar sih.. gak tega lihat anak sakit. Aku sih hayuk aja, insyaAllah ta' bawa ke dokter-dokter yang RUM biar suami tenang dan semakin mendukung aksi RUM dikeluarga, Alhamdulillah gak sampai kesana, sudah baikan suhu tubuhnya dan kembali ceria. 
Masih belajar banyak untuk RUM, apalagi keluarga saya masih belum RUM dan saya sempat dipaksa minum obat warung P*****d ketika flu kemarin. 
Kadang ada yang berfikir, kenapa mikir dua kali untuk kedokter dan minum obatnya? kan direimburse juga biaya kesehatannya. Ke dokternya sih gak masalah, treatmentnya yang harus mikir dua kali. Sekali lagi, it's not about the money, (but money does support a lot of things *tetep). 

..di lift.. jam pulang kerja..
"Puas kan kalau berhasil RUM?"
' iya juga ya' 

*lanjut nanti utk library nya..