Monday, May 28, 2007

Antara Rekayasa Genetika dan Space Adventury

Rekayasa genetika memiliki definisi pengubahan dengan sengaja dari konstitusi atau adisi material genetik baru. Istilah ini pasti tidak asing lagi terdengar di telinga kita, mendengarnya pasti kita teringat akan kombinasi penamaan asam-asam dalam pembentukan DNA di dalam tubuh kita. Luar biasa bukan? ketika manusia telah berhasil menguasai ilmu yang seakan-seakan berlaku seperti Tuhan. Bayangkan, para ilmuwan itu bisa merancang makhluk yang mereka inginkan dengan melakukan GenRek ini. Despite of all those things, GenRek memiliki banyak kegunaan, diantaranya (taken from my KT),

o Banyak orang selamat dari penyakit turunan. Dengan menggunakan teknik DNA rekombinan, para ilmuwan telah menguji DNA yang telah diisolasi dari sel embrio untuk mempelajari apakah si calon bayi akan mempunyai penyakit keturunan atau tidak. Dokter dapat merawat calon bayi dalam rahim ibu untuk mencegah suatu kelainan.

o Mikroba yang direkayasa telah digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi makanan. GenRek juga memiliki potensi untuk mengontrol polusi. Para peneliti berusaha, atau mungkin telah berhasil mengembangkan mikroorganisme yang secara kimia menguraikan sampah, bahan-bahan beracun, dan sampah-sampah lainnya.

o GenRek telah digunakan untuk meningkatkan nilai nutrisi dan resistensi herbisida pada tanaman jagung, dan untuk melindungi hasil panen dari serangga dan embun beku.

Betapa mengagumkannya para ilmuwan di bidang ini, walaupun saya tidak mengikuti perkembangan-perkembangannya, saya yakin dengan adanya teknologi nano, ilmu ini akan semakin berkembang.


”Ilmu astronomi sering disalah artikan sebagai ilmu astrologi, padahal kedua ilmu tersebut sangatlah berbeda”. Begitulah keluhan salah seorang sahabatku yang kebetulan adalah seorang astronomer. Ilmu astronomi juga salah satu ilmu yang menarik dan luar biasa, sehingga bisa membuat orang-orang yang mempelajarinya menjadi ateis. Kami pernah berdiskusi mengenai jarak antar bintang ataupun benda-benda langit lainnya. Dosennya pernah berkata bahwa ketika kita melihat sebuah benda langit, maka keadaan benda langit itu merupakan keadaan ribuan maupun jutaan tahun yang lalu. Mengapa? Karena jarak yang ada antara benda langit tersebut dengan bumi, bisa mencapai jutaan atau bahkan ratusan juta kali kecepatan cahaya. Dapat dibayangkan, waktu yang ditempuh oleh cahaya untuk memberikan kita penglihatan akan benda tersebut merupakan selisih waktu antara keadaan current dengan keadaan sebelumnya. Terpikir, mungkinkah koneksi antara bumi dan benda-benda langit lainnya merupakan koneksi waktu? Sehingga salah satu benda langit yang kita lihat merupakan gambaran bumi ber-ratus-ratus juta sebelumnya?Lalu, apa sebenarnya definisi waktu itu? Ilmu astronomi memberikan kita pelajaran akan adanya relatifitas waktu, relatifitas berat badan, bahkan relatifitas bentuk/keadaan. Jadi, adakah sesuatu yang hitam putih di dunia ini? Adakah sesuatu yang saklek dalam dunia ini? Jika tidak ada, bagaimanakah kita mempelajari relatifitas agar mencapai keseimbangan, agar relatifitas yang kita ambil tidak menjadi pintu kehancuran bagi diri kita sendiri. Perlu kebijaksanaan, perlu ilmu, dan perlu waktu untuk dapat mengerti relatifitas hidup di dunia ini. Bahkan mungkin untuk beberapa orang yang tidak beruntung, akan terus membawa kebingungan tentang relatifitas hingga akhir hayatnya. Atau mungkin sebegitu ribetnya memikirkan tentang relatifitas hingga tak peduli dan apatis untuk mencapai keseimbangan, memilih dan alhasil menuju sebuah kehancuran. Wallahu’alam bishawab.

5 comments:

agung said...

Ini maksudnya "teori relativitas" Einstein?? Kalau itu memang hanya sedikit yang faham. Saya cuma inget sebuah analoginya : "Siapa yang mampu bergerak mendekati kecepatan cahaya, maka dia akan bisa berjalan melintasi ruang waktu"

Atau relativitas lainnya?? Kalau itu, bisa dipelajari dengan mengenal diri sendiri dan ciptaan-Nya =)

"ece-ece" tapi berat gini =D

Ulya Raniarti said...

dua-duanya...

Sebenarnya ada fleksibilitas dalam beragama/dalam menjalankan perintah agama, tapi terkadang saya melihat sesuatu itu harus dilaksanakan hitam putih. Jadinya bingung sendiri, belum mampu meletakkan sesuatu scr proporsional.

*emang masih ece-ece, ya ga trian?
ya.. kritiknya ditunggu bagi para blogger sejati :)

Trian Hendro A. said...

*karena disebut ulya diatas,jd komen deh..:D

ece-ece? ga juga.
satu hal, membaca ini sy kurang paham dgn apa yg dimaksud mbak ulya ini, sy pikir tadi bener2 ttg RekGen (tmpknya kamu t'obsesi dgn biologi), kemudian belok ke astronomi, plus di komen-nya ada ttg 'flseksibilitas beragama'.

kl dipisah-pisah, atau dibuat lebih 'terjalin'.

ttg 'flseksibilitas beragama', ingat mbak ulya, ber-Islam!

*plus, kl bisa lebih rapih (more readable) dgn pemisahan antar paragraf -ingat SD, satu paragraf-satu ide :)

Ulya Raniarti said...

Ada ide g kira2 gaya tulisan saya mengarah kemana? abstrak gitu he8x

Trian Hendro A. said...

surealis :p