Setelah melewati berbagai pertimbangan, akhirnya saya mengawali ngaji pertama di kotaJakarta. Bermula ketika suatu waktu terbersit sebuah kebutuhan untuk memiliki suatu komunitas yang kondusif, setidaknya untuk belajar agama islam dan memperoleh pandangan hidup yang menyeluruh mengenai agama ini. Nomor handphone contact person yang harus dihubungi untuk memulai pengajian ini sudah lumayan lama berada di mobile station saya, kurang lebih sebulan lamanya. Akan tetapi, baru jumat kemarin saya menghubungi nomor tersebut, dan akhirnya pengajian pekanan pun dimulai pada sabtu ini.
Takdir itu memang lucu, tak disangka ternyata ada kawan lama di kelompok baru itu. Wallahu’alam apa hikmah dibalik ini semua, apa tujuan Allah mempertemukan kami, yang pasti terdapat beberapa benang merah yang menghubungkan kami, yang bisa jadi merupakan sedikit dari banyak hikmah pertemuan tersebut.
Merupakan sebuah kenikmatan tersendiri ketika kita melihat sesuatu yang ‘kebetulan’, untuk kemudian menemukan pola-pola/keteraturan yang telah diatur oleh Yang Maha Kuasa didalam kehidupan ini dan akhirnya membuat kita semakin merasakan keberadaan Tuhan disetiap detik kehidupan kita.
Hal tersebut juga menggambarkan bahwa untuk ‘lari’ dari benang merah yang telah terjalin selama perjalanan kehidupan manusia, bukanlah sesuatu hal yang mudah.
Ada sesuatu yang kurang dalam pengajian pekanan itu, saya tidak menemukan sesuatu perbedaan yang krusial dengan pengajian sebelumnya, bahkan mungkin semakin membuatku ingin menjauh darinya. Saya ingin menemukan Allah dengan cara yang berbeda, agar tidak lagi goyah dalam menapaki kehidupan ini. Saya ingin menemukan diri saya bersama Allah, tanpa membunuh diri saya, dan saya ingin melepaskan beban yang hanya akan menebarkan dan menumbuhkan benih-benih kemunafikan. I want to be me with Allah, bukan menjadi orang lain yang buta terhadap kehidupan ini.
Tapi menyerah dan kemudian semakin terpuruk dalam kekecewaan bukanlah solusinya, saya harus berjuang untuk diri sendiri dengan cara apapun. Mungkin 1st sight terhadap pengajian pertama tadi bukanlah wujud yang sebenarnya. Mungkin banyak pencerahan akan berdatangan satu persatu untuk membangun pondasi yang kuat dalam kehidupan beragama saya. Selain itu, saya juga membutuhkan kawan untuk bersama-sama menyalurkan kebencian terhadap musuh-musuh islam. Tak ada salahnya mencoba kembali, tentunya dengan filter yang lebih kuat berbekal pengalaman. Dan seperti kata seorang teman, dengan kekuatan doa, jalan akan terbuka lebar menujuNya. Semoga cepat menemukan jalan terbaik, Amin.
3 comments:
Hmm...uya, kalo kita berharap sama orang tentunya suatu saat kita bakalan kecewa, maka berharaplah hanya pada 4JJI. Kalo kita meragukan diri sendiri tentunya kita gak akan jadi orang yang kuat, maka percayailah diri sendiri. Kalo kita berlepas dari orang2 yang menurut kita kurang baik tentunya mereka akan tetap begitu keadaannya, maka jadilah kita disana untuk menjadi peneguh yang lain, sekaligus membangun keteguhan dalam diri kita :) Bersama-samalah, karna kita gak bisa berjalan sendirian..
Ulya..pa kabar??
Kalo denger cerita ayu tentang pencarian "pengajian" di aceh waktu itu, dika malu. kalo disini akses terbuka lebar, tinggal nunggu jarkom:) kalo disana kudu sekuat tenaga nyarinya.
Barokalloh..
Dan pengajian itu hanya satu sarana "muara ilmu" untuk kita, carilah sebanyak-banyak cara untuk menemukan Alloh dan ceritakan padaku ketika Ulya menemukanNya dalam tiap penggalan kisah (merger puisi nya trian dan deskripsi blog dika..hehe)
*Salam sayang untuk Tina
Icha, thanks ya atas nasihatnya. Berjamaah memang jauh lebih baik daripada sendirian.
Dika, kabar saya baik Alhamdulillah. Tersesat ketika mencari adalah sebuah kewajaran dan darisanalah kita bisa meraih banyak hikmah, memang banyak jalan menuju Roma.
*insyaAllah disampaikan :)
Post a Comment